Kucing merupakan hewan jinak yang bisa dijadikan peliharaan. Sejak zaman Ratu Cleopatra, kucing sudah menjadi hewan peliharaan. Selain hewan rumahan, ada jenis kucing hutan yang habitatnya di alam liar. Kucing hutan dengan nama latin Prionailurus bengalensis merupakan hewan malam atau nokturnal yang mencari makan di malam hari.
jawa tengah harga hitam yang boleh dipelihara jawa timur borneo sulawesi selatan jawa yang boleh dipelihara jawa timur sulawesi selatan memelihara malaysia jawa untuk dijual indonesia borneo harga kalimantan sarawak dilindungi jual makanan jenis anak jual olx harga anak gambar makanan agar jinak harga jawa kucing besar penguasa hutan
Ciri-Ciri Kucing Hutan
Fisik kucing hutan atau Prionailurus bengalensis hampir mirip dengan kucing rumahan. Namun, ukurannya agak besar. Bulunya abu-abu gelap, sedangkan corak bulunya totol-totol mirip macan tutul hingga masyarakat Inggris menamai kucing ini Leopard Cat.
Kucing hutan berekor panjang. Meskipun sepintas mirip macan tutul, kucing hutan tidak masuk dalam genus panthera atau kucing besar.
Keempat kakinya dirancang sempurna untuk memanjat pohon, meloncat, dan berenang di sungai. Sifatnya yang ganas dan liar membuat kucing ini sulit untuk dipelihara sebagai hewan rumahan.
Habitat Kucing Hutan
Sebaran populasi kucing hutan di Indonesia hampir merata dari Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Sulawesi. Di Asia Tenggara, kucing hutan bisa dijumpai di Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Laos. Di wilayah Asia Selatan, dapat ditemui di India, Bangladesh, dan Sri Lanka.
Kucing hutan mendiami hutan hujan. Kucing hutan merupakan carnivora yang hidup di alam liar. Kucing hutan memangsa burung, tupai, kancil, dan ular dahan. Kucing hutan bersifat soliter atau menyendiri ketika mencari makan.
Dia menandai daerah teritorialnya dengan mengencingi pohon-pohon agar kucing lain tidak masuk pada daerah kekuasaanya.
Masa Kawin
Saat memasuki masa kawin, kucing jantan akan mencari betina dewasa untuk kawin. Masa kehamilan kucing hutan hampir sama dengan kucing rumahan, yakni 70 hari. Sekali beranak, kucing hutan bisa melahirkan sampai 5 anak.
Sarang kucing hutan bisa ditemukan di lobang kayu dan gua-gua di tengah hutan. Kucing hutan menyukai sarang yang tersembunyi untuk melindungi diri dari ancaman predator besar, seperti elang dan ular piton.
Anak kucing dibesarkan oleh induknya sampai umur 6 bulan. Setelah itu, mereka pisah dan mencari makan sendiri-sendiri.
Ancaman Kepunahan
Pembalakan hutan yang merajalela menjadi faktor utama kerusakan lingkungan habitat kucing hutan. Selain itu, musuh lain yang paling berbahaya bagi kucing hutan ini adalah manusia. Banyak kucing hutan ditangkapi pemburu liar untuk diawetkan.
Tragisnya, anak kucing yang masih kecil menjadi target utama pemburuan liar karena anak kucing mudah dijinakkan selagi masih kecil.
Tak pelak, kucing hutan mengalami ancaman kepunahan karena perusakan hutan dan perburuan. Jika tidak ditangani secara serius, mungkin tak sampai 20 tahun lagi kucing hutan akan punah mengikuti harimau bali dan harimau jawa yang sudah lebih dulu musnah di Indonesia.
Tugas kita adalah melindungi habitat asli kucing hutan, jangan menebangi pohon-pohon di hutan dengan mendesak pemerintah untuk tegas menghukum pelaku pembalakan liar.
Jangan membeli hewan-hewan yang diawetkan yang biasa dijajakan oleh pedagang. Melakukan dua aksi itu saja sudah cukup untuk menjaga keberlangsungan hewan-hewan eksotis asli Indonesia.
Selain jenis kucing yang kita kenal lucu dan jinak di rumah, ada jenis kucing lain yang lebih galak dan tidak akan mau dibelai-belai manja. Habitatnya pun tidak di lingkungan yang dekat dengan manusia, namun di hutan belantara. Jenis kucing itu adalah kucing hutan.
Dari namanya saja tentu sudah bisa ditebak di mana ia tinggal dan hidup. Tentu saja di hutan secara liar. Jika diperhatikan sekilas, bentuk tubuh kucing hutan hampir mirip dengan jenis kucing rumahan atau kucing kampung liar.
Namun, tentu saja terdapat perbedaan regional yang menyebabkan kedua jenis kucing itu tidak digolongkan dalam satu species.
Mamalia liar tersebut banyak hidup di hutan-hutan belantara sekitar pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, bahkan juga di pulau Dewata Bali.
Ciri-Ciri Kucing Hutan
Ciri-ciri fisik kucing hutan tidak jauh berbeda dengan jenis kucing rumahan. Pada beberapa jenis yang malah ukurannya lebih bongsor dan gagah, sebab dalam hutan mereka hidup liar dan harus mempertahankan diri dari predator atau hewan lain yang lebih besar.
Warna bulunya lebih bercorak belang gelap mirip dengan macan atau bertotol hitam. Tidak seperti kucing rumahan yang biasanya memiliki warna bulu yang lembut dan terang, seperti coklat muda, putih, atau coklat tua.
Kucing liar ini memangsa berbagai hewan yang hidup dan mudah dijangkau di tanah serta pohon-pohon rendah, karena memang di tempat-tempat seperti itulah kucing hutan hidup. Hewan kecil yang jadi makanan utama si kucing adalah tikus, ular kecil, kelinci, burung, atau juga kelelawar.
Beberapa jenis kucing hutan kini mulai langka sebab masyarakat banyak melakukan perburuan untuk mengambil kulitnya yang bercorak mirip macan. Selain itu, kucing hutan juga diburu untuk diperdagangkan sebagai hewan peliharaan, atau bahkan sebagai bahan konsumsi alias dimakan.
Itulah mengapa populasinya di tahun 2000-an ini sangat jauh berkurang dibanding tahun 80-an yang lalu.
Beberapa Jenis Kucing Hutan di Indonesia
Jenis dari hewan menyusui ini ternyata cukup banyak. Jika di seluruh dunia telah tercatat ada 40 species berbeda, maka yang asli endemik di Indonesia ada 9 jenis. Berikut adalah jenis-jenis tersebut :
Kucing Congkok atau Leopard Cat (Prionailurus bengalensis)
Kucing jenis ini mendapat sebutan meong congkok oleh masyarakat Lebak, Banten, dimana kucing tersebut banyak hidup di hutan daerah Jawa Barat. Sayangnya, kucing hutan ini termasuk dalam jenis yang populasinya mulai merosot.
Ciri dari kucing ini adalah bulunya yang berwarna mencolok kuning totol hitam mirip dengan macan tutul.
Selain di Indonesia, populasinya juga banyak ditemukan di daerah hutan dan pegunungan China, India, Pakistan, Filipina serta beberapa negara lain di Asia. Meong congkok masuk ke dalam jenis satwa yang dilindungi.
Flat-Headed Cat (Prionailurus planiceps)
Ciri khusus yang membuat kucing jenis ini nampak berbeda adalah bentuk kepalanya yang rata. Warna bulunya pun mencolok, dengan kepala merah dan badan hitam kemerahan.
Kucing ini banyak ditemukan di daerah sekitar belantara Kalimantan dan Sumatra, serta Malaysia, terutama di tempat yang basah, misalnya rawa. Karena keunikan bulunya, kucing hutan ini masuk dalam kategori langka, sebab banyak diburu oleh manusia sehingga populasinya mulai sedikit.
Kucing Bakau atau Fishing Cat (Prionailurus viverrinus)
Kucing ini hidup di daerah bakau yang dekat dengan perairan, seperti halnya namanya. Jika kucing biasa takut dengan air, kucing jenis ini malah pandai menyelam untuk mencari makanannya. Ia makan beberapa jenis ikan dan hewan yang hidup di sepanjang perairan. Kucing ini banyak beraktifitas pada malam hari. Oleh karena itu, bulunya tidak berwarna cerah, melainkan abu-abu bersemu hijau bertutul.
Kucing Merah atau Borneo Bay Cat (Pardofelis badia)
Sebagaimana namanya, si Kucing Merah ini memiliki warna bulu yang didominasi warna merah. Ia hidup di sekitar Pulau Kalimantan, termasuk juga Malaysia. Jumlahnya saat ini kurang diketahui, sebab sangat sedikit hingga cenderung hampir punah. Kucing ini hidup dari berburu saat malam hari. Makanan utamanya adalah hewan-hewan dan bangkai.
Kucing Emas atau Asiatic Golden Cat (Pardofelis temminckii)
Wilayah sebaran Kucing Emas adalah daerah Asia dan China. Di Indonesia, kucing ini hidup di belantara Sumatra, dan kini sudah termasuk ke dalam kategori langka dan hampir punah.
Keberadaannya bahkan sudah hampir menjadi misterius dan kerap dihubungkan dengan mitos supranatural. Karena kepercayaan tersebut, penduduk banyak yang memburu dan menjadikannya sebagai jimat.
Tubuh kucing dengan bulu warna kuning keemasan ini lebih bongsor dari jenis kucing biasa dan hampir mirip dengan macan. Mangsanya adalah hewan-hewan berukuran kecil dan sedang. Di Sumatra, kucing ini diperkirakan masih ada di Taman Nasional Kerinci Seblat.
Kucing Batu atau Marbled Cat (Pardofelis marmorata)
Kucing ini berwarna adalah abu-abu hitam. Terdapat belang abstrak yang indah pada bagian punggung dan totol hitam pada keempat kakinya. Ekornya panjang dan besar bertotol hitam. Cantik sekali, sehingga bulunya kerap dijadikan hiasan rumah oleh masyarakat yang memburunya.
Kucing yang ukurannya mirip dengan kucing rumahan ini bergerak sangat lincah. Ia pandai memanjat pohon juga berburu mangsa di malam hari. Hidupnya di sekitar hutan Sumatra dan Kalimantan, dan juga di daerah Asia.
Macan Dahan atau Sunda Clouded Leopard (Neofelis diardi)
Namanya mencerminkan kondisi tubuhnya yang memang hampir mirip dengan saudara tuanya, macan. Hanya saja ukuran tubuh kucing hutan ini jauh lebih kecil dan langsing, lebih seperti anjing.
Corak bulu Macan Dahan sangat indah, dengan dominasi warna abu-abu, kekuningan dan hitam. Kelebihan lain dari kucing ini adalah taringnya yang panjang, bahkan melebihi taring harimau.
Mangsanya adalah hewan dengan ukuran tubuh yang hampir mirip dengan dirinya, misalnya kera dan rusa. Waktu berburunya adalah di malam hari.
Macan Tutul Jawa/Leopard (Panthera pardus melas)
Seperti namanya, macan ini habitatnya hanya ada di Jawa. Corak bulu si cantik ini adalah tutul hitam dengan warna dasar kuning. Bentuk tubuhnya langsing sebab habitatnya di dahan-dahan pohon. Ia memang amat pandai memanjat dan berburu.
Populasinya sudah mendekati punah sebab banyak pemburu yang mengincar kulit cantiknya. Kucing ini masih masuk dalam kategori kucing hutan.
Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae)
Habitat dan endemiknya adalah di Sumatra, dan masuk dalam kategori hampir punah. Jenis ini memiliki warna bulu kuning muda dengan corak belang hitam di sekujur tubuhnya. Saudara satu speciesnya yang hidup di Bali dan Jawa telah punah, yaitu Harimau Bali dan Harimau Jawa.
Tubuhnya paling besar di antara jenis kucing hutan yang lainnya. Jenis makanannya pun lebih beragam, meliputi hewan-hewan dengan ukuran sedang hingga besar, semisal celeng dan rusa. Banyak usaha pengembangbiakan dilakukan oleh beberapa kebun binatang untuk mencegah kepunahannya.
Penangkaran Kucing Hutan
Jika dicermati lebih teliti, populasi hampir semua jenis kucing hutan di alam liar atau habitat aslinya telah banyak yang mendekati langka. Perburuan yang dilakukan secara tidak terkendali oleh penduduk kebanyakan berlatar belakang alasan ekonomi.
Keindahan bulu, serta keunikan bentuk tubuhnya yang berbeda dari kucing biasa membuat banyak kolektor dan pecinta hewan liar berminat memeliharanya.
Untuk mencegah kepunahan kucing hutan dari wilayah belantara Indonesia, penangkaran untuk mengembangbiakkan memang telah dilakukan. Namun tentu tidak akan sama kondisinya dengan habitat asli mereka.
Kucing hutan bukanlah kucing rumahan yang hidup di alam liar. Mereka merupakan jenis yang berbeda walau masih dalam satu family. Kesadaran masyarakat untuk tidak lagi melakukan perburuanlah yang paling penting dilakukan agar kucing-kucing ini dapat kembali berkembang biak secara alami di habitatnya sendiri.
Demikianlah artikel tentang Harga Kucing Hutan baca juga postingan pada kategori Kucing lainnya, semoga bermanfaat buat Anda. Silahkan share barang kali orang terdekat Anda juga membutuhkan informasi ini.